Masih ingat dengan kericuhan pada acara peluncuran Blackberry Bold 9790 (Bellagio) bulan lalu (25/11/2011), di Mal Pacific Place, Sudirman Central Business Districy (SCBD), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan? Saya yakin Anda masih ingat, karena beritanya masih hangat. Kericuhan tersebut dipicu oleh DISKON 50% Blackberry Bellagio. Ribuan orang rela mengantri berjam-jam, berdesak-desakan, untuk bisa mendapat Blackberry Bellagio dengan harga murah (setengah dari harga normal). Antrian tersebut akhirnya ricuh karena para pengantri sudah tidak sabar lagi menunggu dan takut tidak kebagian. Mereka mulai dorong-dorongan, sampai banyak yang terjatuh, terinjak dan pingsan. Untung nggak ada yang meninggal.
Sebenarnya kericuhan antrian seperti itu sudah biasa terjadi di Indonesia. Lihat saja pada acara-acara pembagian sembako gratis, pembagian daging kurban, pasar murah, dll. Bahkan dibidang olahraga pun terjadi kericuhan saat mengantri beli tiket. Contohnya pada piala AFF dan Seagames, kemarin. Yang membuat kericuhan antrian pembeli Blackberry Bellagio terlihat aneh adalah, orang-orangnya. Rata-rata orang yang hadir pada acara peluncuran Blackberry Bellagio tersebut adalah orang-orang terpelajar yang sebagian besar datang dari kelas ekonomi menengah ke atas. Tanpa saya jelaskan lagi, Anda pasti sudah tahu maksud saya, khan?
Nah, siang kemarin (Senin, 19/12/2011) sekitar pukul 11.05 WIB, saya melihat di metrotv, pada acara VOA Snapshots (News Corner), memberitakan tentang Holiday Shopping di Amerika yang diwarnai kericuhan akibat DISKON. Bahkan sampai ada yang terbunuh. Nah loh.. di negara semaju Amerika saja, rebutan barang diskon sampai kacau begitu, apalagi di negara berkembang, seperti Indonesia, yang masih banyak rakyat miskin-nya. Tapi itu jangan dijadiin alasan buat selalu menganggap biasa kejadian seperti itu. Bagaimana pun kericuhan seperti itu tidak boleh dibiasakan, harus dihindari!
Video tentang kericuhan akibat diskon Holiday Shopping di Amerika, ada di segmen
Snapshots News Corner pada bagian akhir video
Beberapa tahun terakhir, Amerika dan negara-negara eropa memang sedang dalam krisis ekonomi, yang membuat daya beli masyarakatnya menurun. Jadi ketika Holiday Shopping tiba, dimana toko-toko (baik offline maupun online) rame-rame menggelar diskon besar-besaran, rakyat amerika memanfaatkan moment tersebut untuk belanja (shopping time). Sayangnya, jumlah barang yang harganya didiskon itu terbatas, jadi orang-orang pada rebutan sampai sikut-sikutan, pukul-pukulan, bahkan yang paling ekstrim ada yang sampai meninggal tertembak. Gila, sampai segitunya, ya?
Supaya kejadian seperti ini tidak terulang, menurut saya sebaiknya barang-barang diskon yang berpotensi mengundang banyak massa, sebaiknya dijual via online saja. Saya kira itu akan lebih aman, ketimbang mengundang massa pada satu tempat yang justru berpotensi besar menimbulkan masalah. Seperti yang terjadi pada peluncuran Blackberry Bellagio dan Holiday Shopping di Amerika.
Tapi kalau menurut analisa saya (ceileee… analisa cooy.. :D ), mengundang atau memancing massa untuk berbondong-bondong datang ke satu tempat (toko atau tempat peluncuran sebuah produk), memang disengaja, sebagai bagian dari strategi marketing. Harapannya kalau banyak yang datang, apalagi sampai terjadi crowded dan ricuh begitu, image produknya akan terlihat baik. Orang yg melihat akan berkata “Wah, ini produknya pasti bagus”. Apalagi kalau sampai ricuh dan diliput banyak media, pastinya efek marketingnya akan lebih dapat lagi.
Apa pendapat Anda mengenai kericuhan akibat diskon, seperti kejadian di atas? Atau jangan-jangan Anda sendiri pernah mengalami kericuhan akibat barang diskon? Kalau saya sih belum pernah.. soalnya saya paling malas yang namanya antri lama-lama, apalagi sambil desak-desakan. Nggak banget deh! :)
Rating: 4